Minggu, 15 Agustus 2021

PERKEMBANGAN MUSIK KONTEMPORER DI INDONESIA

 


Musik kontemporer merupakan istilah dalam bahasa Indonesia untuk bidang kegiatan yang dalam konteks berbahasa Inggris paling sering disebut new music (musik baru), musik kontemporer, atau musik seni kontemporer. Ini menjadi istilah yang paling umum di tahun 1990-an.

Seperti halnya di luar negeri, musik kontemporer juga berkembang di Indonesia dengan pesat. Perkembangan musik kontemporer di Indonesia  akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang cukup baik, walaupun terasa bahwa musik kontemporer ini memiliki dunia sendiri. Istilah musik kontemporer sampai hari ini masih menjadi perdebatan sengit, para ahli musik berusaha membuka secara luas pengertian musik kontemporer dengan mengadakan pertemuan- pertemuan dalam bentuk lokakarya atau seminar. 

    • Berawal dari Pekan Komponis Muda

Sumber: http:www.musicalprom.com
Penampilan pada acara Pekan Komponis Muda


    Perkembangan musik kontemporer di Indonesia baru mulai dirasakan sejak digelarnya acara Pekan Komponis Muda tahun 1979 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Melalui acara tersebut, komunikasi para seniman antar daerah dengan berbagai macam latar belakang budaya lebih terjalin.
    Forum diskusi dan dialog antar seniman dalam acara tersebut saling memberikan kontribusi sehingga membuka paradiqma kreatif musik menjadi lebih luas. Hingga hari ini, para komponis yang pernah terlibat dalam acara tersebut menjadi sosok individu yang sangat memberi pengaruh kuat untuk para komponis musik kontemporer selanjutnya. 

Nama-nama seperti Aloysius Suwardi, Harry Roesli, Ben Pasaribu, Tony Prabowo, Yusbar Jailani, I Nyoman Windha, Otto Sidarta, dan masih banyak yang belum disebutkan, merupakan komponis kontemporer yang ciri-ciri karyanya nyaris mustahil dikategorikan secara konvensional. Selain memiliki keunikan tersendiri, karya-karya mereka juga cukup bervariasi. Sehingga dari waktu ke waktu konsep-konsep mereka bisa berubah-ubah tergantung pada semangat serta kapasitas masing-masing dalam mengembangkan kreativitasnya. 

Puncaknya, karya-karya musik kontemporer tak lagi menjelaskan ciri-ciri latar belakang tradisi budayanya walaupun sumber-sumber tradisi itu masih terasa lekat. Namun, sikap dan pemikiran individu-lah yang paling penting, sebagai landasan dalam proses kreativitas musik kontemporer.

Sikap dan pemikiran itu tercermin seperti yang dikatakan komponis kontemporer I Wayan Sadra: “Kini tak zamannya lagi membuat generalisasi bahwa aspirasi musikal masyarakat adalah satu, dengan kata lain ia bukan miliki kebudayaan yang disimpulkan secara umum, melainkan milik pribadi orang per orang.”  

    • Perkembangan di berbagai daerah di Indonesia

Sumber : https://www.ayobandung.com/ 

Penampilan Sambasunda Junior di Taman Budaya Jawa Barat, Bandung

 

Perkembangan musik kontemporer di daerah-daerah di Indonesia pada dasarnya tidak sama ada yang berkembang cukup pesat ada yang lambat. Seperti halnya di daerah Jawa Barat dirasa sangat lambat, hal ini disebabkan kurangnya apresiasi masyarakat, serta jumlah komponis yang relatif sedikit, dukungan pemerintah setempat atau sponsor-sponsor untuk menggelar konser-konser musik kontemporer juga sangat kurang. 

Berbeda dengan daerah lain seperti yogyakarta, secara konsisten selama belasan tahun mereka berhasil menggelar acara Yogyakarta Gamelan Festival tingkat Internasional yang di dalamnya banyak sekali karya-karya musik kontemporer dipentaskan. 

Selain Yogyakarta, kota Solo juga sering kali menggelar pementasan musik kontemporer, salah satunya pada tahun 2007 dan 2008 digelar acara SIEM (Solo International Ethnic Music). Di dalamnya, banyak karya-karya musik kontemporer dipentaskan dengan dihadiri lebih kurang lima puluh ribu penonton. Selain itu, masih ada festival world music dengan tajuk “Hitam Putih” di Riau, kemudian festival Gong Kebyar di Bali, dan lain sebagainya.  Acara-acara tersebut digelar secara rutin bukan sekadar “ritual”, atau memiliki tujuan memecahkan rekor Muri, apalagi mencari keuntungan.  

    •  Pembagian Musik Kontemporer Berdasarkan Komposisi

Dari sejumlah komponis  yang berkiprah dalam musik kontemporer di Indonesia, secara kompositoris, karakteristik karyanya dapat dipetakan menjadi tiga kategori, yaitu:

Pertama, karya musik yang bersifat iringan. Konsep komposisi dalam karya seperti ini berdasar pada penciptaan suatu melodi (instrumen), kemudian elemen-elemen lainnya berperan mengiringi melodi tersebut.

Kedua, Karya musik yang bersifat ilustratif. Konsep komposisinya berusaha menggambarkan sesuatu dari naskah cerita, puisi, atau yang semisalnya. Dengan begitu, orientasi musiknya lebih tertuju pada penciptaan suasana-suasana yang berdasar pada interpretasi komponisnya. 

Ketiga, karya musik yang bersifat otonom. Biasanya, karya musik semacam ini sangat sulit dipahami oleh orang awam. Selain bentuknya yang tidak baku, gramatika musiknya pun sangat berbeda dengan karya-karya tradisi. Kadang, karya-karya musik seperti ini sering menimbulkan kontroversi.

Seperti kontroversi “anti tradisi”, padahal secara sadar atau tidak, semua tatanan konsepnya bersumber dari tradisi. Kategori seperti ini lebih dekat atau lebih cocok dengan fenomena musik kontemporer Barat (Eropa-Amerika).

Konsep musik kontemporer menjadi sangat individual, sehingga perkembangannya pun beragam. Paham inilah yang coba ditawarkan oleh musik kontemporer, sehingga dalam karya-karya yang lahir banyak terjadi vokabuler teknik garapan dan aturan tradisi yang telah mapan ke dalam bentuk yang baru, terkesan aneh, nakal, bahkan urakan. 

    • Kolaborasi antara Barat dan Timur

Perkembangan musik kontemporer di Indonesia juga ditandai dengan adanya kolaborasi antara komponis dalam dan luar negeri. Salah satunya adalah karya yang diciptakan tahun 1990 dengan media ungkap yang berbeda, hasil kolaborasi antara dua seniman, I Wayan Dibia dan Keith Terry, yaitu “Body Tjak“.  Karya ini merupakan seni pertunjukan multikultural yang memadukan unsur-unsur seni budaya Barat (Amerika) dan Timur (Bali, Indonesia).

“Body Tjak” digarap dengan kombinasi unsur-unsur seni kecak Bali dengan Body Music, menghasilkan sebuah jenis musik baru yang menggunakan tubuh manusia sebagai sumber bunyi. Garapan bernuansa seni budaya global ini lahir dengan dua produksinya, yaitu “Body Tjak 1990” (BT90) dan “Body Tjak 1999” (BT99).

 


Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=kNOSo85kNTM

Penampilan Karya "Body Tjak"


Kedua karya ini murni lahir dari keinginan seniman untuk mengekspresikan jiwanya yang telah tergugah oleh dinamisme seni kecak dan body music. Dengan berbekal pengalaman estetis masing-masing, dan diilhami oleh obsesi aktualitas kekinian, kedua seniman sepakat melakukan eksperimen sehingga lahirlah musik kontemporer “Body Tjak”. 

    • Memasuki Dunia Akademisi 

 

Sumber: http://yuliaeryu.blogspot.com/2020/11/penyajian-karya-musik_8.html
                    Pergelaran Musik Kontemporer di SMAN 22 Garut dalam Rangka UJian Praktek Kelas XII

 

Perkembangan musik kontemporer di Indonesia terus merambah ke berbagai ruang lingkup seni, bahkan masuk juga ke ranah akademik. Musik kontemporer di dunia akademik dijadikan sebagai materi yang bisa diapresiasi oleh peserta didiknya, bahkan peserta didik atau mahasiswa juga diberi keleluasaan untuk menciptakan karya musik kontemporer sebagai syarat untuk memenuhi nilai ujian.


          Referensi:

https://gasbanter.com/perkembangan-musik-kontemporer-di-indonesia

http://repository.upi.edu/10455/2/t_seni_0808658_chapter1.pdf

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PPDB SMA NEGERI 22 GARUT TAHUN 2022